Tawasul, Berjanji & Dalail tidak haram & Tdk
membuat kafir (Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab)
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab memiliki sebuah
sikap yang luar biasa yang mungkin banyak orang yang mengaku menjadi
pengikutnya tidak mempercayai hal itu, kemudian mereka menjatuhkan vonis kafir
kepada setiap orang yang tidak sejalan denganya.
Perhatikanlah bagaimana Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab mengingkari dan menyangkal semua bentuk pendapat tidak berkualitas,
tolol, dan kebohongan yang dinisbahkan kepada dirinya.
Dalam sebuah risalahnya (lihat risalah pertama dari risalah pribadi yang
tercakup dalam kumpulan karya-karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang
diterbitkan oleh Universitas Imam Muhammad Ibnu Sa’ud Al Islamiyyah (bagian
kelima) ). Yang ditujukan kepada penduduk Al Qaisham, ia
berkata, “Kemudian perlu kalian semua ketahui bahwa saya diberi tahu bahwa
risalah Sulaiman Ibnu Sahim telah sampai kepada kalian. Risalah itu diterima
dan dipercayai oleh sebagian orang dari kalian yang katanya orang-orang
berilmu. Allah tahu bahwa laki-laki ini telah membuat-buat kebohongan atas diri
saya mengenai sejumlah masalah yang saya sama sekali tidak pernah mengatakannya
dan bahkan sebagian besarnya sama sekali tidak pernah terlintas dalam
benakku.Di antaranya adalah, perkatanaanya bahwa saya mengatakan kitab-kitab
madzhab empat tidak berguna, bahwa manusia sejak enam ratus tahun silam tidak
berlandaskan pada sesuatu yang bernilai, bahwa saya mengklaim berijtihad, bahwa
saya keluar dari taklid, bahwa saya mengeluarkan statemen bahwa perbedaan
pendapat para ulama adalah bencana, bahwa saya mengkafirkan orang yang
bertawasul dengan orang-orang shalih, bahwa saya mengkafirkan Al Bushiri karena
perkataannya “wahai makhluk paling mulia”, bahwa saya mengeluarkan statemen
bahwa seandainya saya kuasa untuk meruntuhkan qubah Rasulullah Saw, maka pasti
akan saya lakukan, seandainya saya memiliki kuasa terhadap Ka’bah, maka niscaya
saya akan mengambil talang emasnya dan menggantinya dengan talang dari kayu,
bahwa saya mengharamkan Ziarah ke makam Rasulullah SAW. Bahwa saya mengingkari
praktek ziarah ke makam kedua orang tua dan yang lainnya, bahwa saya
mengkafirkan orang yang bersumpah dengan selain Allah SWT. Bahwa saya
mengkafirkan Ibnu Al Faridh dan Ibnu Arabi, bahwa saya membakar kitab, “ Dalail
al Khairat “ dan “Raudh Ar Rayyahin”, dan saya menyebutnya “ Raudh Asy
Syayathin”. Jawaban dan tangapan saya terhadap semua hal di atas adalah , “
Maha suci Allah Engkau (Ya Tuhan Kami), ini adalah dusta yang besar .”(ini
adalah potongan dari ayat 16 Surat An Nur)
Disamping itu juga ada risalah penting lainnya
yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang dikirim kepada As
Suwaidi salah satu ulam irak, sebagai jawaban atas surat As Suwaidi yang
sebelumnya ia kirimkan kepada dirinya untuk menanyakan dan meminta klarifikasi
kepadanaya perihal apa yang sedang ramai diperbincangkan banyak orang. (lihat bagian kelima, Ar Rasail Asy Syakhsiyyah hlm.
37 dari kompilasi tulisan-tulisan syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab)
yang isinya hampir sama dengan yang diatas.
Sebelum itu, juga ada orang-orang yang membuat
kebohongan yang luar biasa atas diri Nabi Muhammad SAW. Yaitu bahwa beliau
menghujat dan mencaci Isa putra Maryam, mencaci dan menghujat orang-orang
shalih. Hati mereka semua itu serupa dalam tindakan membuat-buat kebohongan dan
perkataan palsu. Allah SWT.
Yang artinya : sesungguhnya
yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada
ayat-ayat Allah.”(an Nahl :105)
Mereka membuat-buat kebohongan atas diri Nabi
Muhammad SAW. Yaitu bahwa beliau mengatakan , bahwa Malaikat, Isa dan Uzair
masuk neraka. Lalu Allah SWT pun menurunkan ayat untuk menyangkal kebohongan
mereka itu,
surat Al Anbiya’ ayat 101 : “ Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka
ketetapan yang baik dari kami, mereka itu dijauhkan dari neraka.”
( dikutip dari
Kitab Mafahim Yajibu An Tushahhah, karya Syaikh al Allamah Al Muhaqqiq As
Sayyid As Syarif DR. Muhammad Alawi Al Maliki Al Husaini al Makki seorang Alim,
sasterawan, pakar hadits dan pakar bahasa yang memiliki keistimewaan berupa
periwayatan hadits secara lisan yang memiliki sanad shahih muttasil mulai dari
beliau dari ayahnya dari syaikh-syaikhnya seterusny sampai Rasulullah SAW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar